Hari
ini NC akan mengulas tentang pendidikan di Jepang. Seperti yang kita
ketahui, pendidikan di Jepang merupakan salah satu yang menjadi sistem
acuan oleh berbagai negara. Itu karena Pendidikan Jepang dianggap
sebagai pendidikan dengan sistem yang paling baik. Sehingga banyak orang
yang menjadikan Jepang sebagai negara impiannya untuk menimba ilmu.
Yosh!! Langsung saja kita tengok sedikit mengenai pendidikan di Jepang.. ^o^
----------------------------------------------------------------------
Sistem
pendidikan di Jepang pada dasarnya meliputi sekolah dasar (6 tahun),
sekolah menengah pertama (3 tahun), sekolah menengah atas (3 tahun) dan
universitas (4 tahun). Pendidikan bersifat wajib hanya selama sembilan
tahun, yaitu enam tahun di sekolah dasar dan tiga tahun di sekolah
menengah. Sebanyak 97% siswa meneruskan pendidikannya ke sekolah
menengah atas.
Pendidikan
di Jepang sampai dengan SMP umumnya mendapat subsidi uang dari
pemerintah sehingga pelajar dapat belajar gratis. Uang untuk anak kita
bukan untuk orangtuanya. Tetapi ditransfer uang ke rekening orangtuanya,
buat uang sekolah, beli makanan, transportasi sekolah dan sebagainya
keperluan si anak.
Anak-anak
Jepang masuk kelas satu di sekolah dasar pada bulan April setelah ulang
tahun mereka ke-6. Dalam satu kelas sekolah dasar terdapat sekitar 30
hingga 40 orang siswa. Mata pelajaran yang mereka pelajari meliputi
bahasa Jepang, matematika, sains, ilmu sosial, musik, kerajinan tangan,
pendidikan jasmani, dan home economics (belajar ketrampilan memasak dan
menjahit yang sederhana). Makin banyak sekolah dasar yang mulai
mengajarkan bahasa Inggris juga. Teknologi informasi makin banyak
dipakai untuk meningkatkan pendidikan, dan kebanyakan sekolah mempunyai
jaringan Internet.
Seperti
halnya di Indonesia, kurikulum pendidikan di Jepang juga mengalami
pergantian, sekalipun tidak dalam frekuensi yang sama. Untuk pembaharuan
kurikulum, di Jepang mengikuti pola 10 tahunan. Jadi setiap 10 tahun
sekali baru ada pergantian kurikulum di Jepang. Dan tentunya ada hal
baru yang dimasukkan dalam setiap kurikulum, mengikuti perubahan sosial
dan ekonomi masyarakat Jepang dan dunia.
Untuk
panduan tentang muatan pembelajaran di sekolah, dimuat dalam
gakusyuushidouyouryo (学習指導要領). Dokumen ini berisikan keterangan lengkap
tentang tujuan pembelajaran di sekolah, materi pelajaran, pendidikan
moral dan kegiatan khusus terkait dengan sekolah. Gakusyuushidouyouryou
dapat dikatakan sebagai standar minimum yang harus dicapai oleh
sekolah-sekolah negeri (国立学校)、sekolah publik (公立学校)、dan sekolah swasta
(私立学校).
Nah, lalu bagaimana dengan UN? Apakah di Jepang ada UN seperti di Indonesia? Mari kita lihat jawabannya... ^^
Pendidikan
Jepang sama rata di mana pun di Jepang. Pada dasarnya tidak ada UN
karena memang semua sekolah sudah didasari oleh fondasi kurikulum yang
dijaga sangat ketat oleh Kementerian Pendidikan Sains dan Teknologi
Jepang (MEXT).
Pedoman
Kurikulum Pendidikan (PKP) yang disebut gakushuu shido youryou sudah
ada dan semua sekolah harus mengacu kepada hal tersebut yang sudah
ditentukan MEXT atau Monbusho.
PKP
tersebut wajib diikuti oleh semua sekolah, baik SD, SMP, SMA, dan
sekolah Kejuruan di Jepang, yang memuat isi pendidikan dan detil
pengajaran setiap mata pelajaran. Dapat dikatakan seperti manual book,
dan yang dulu dipakai adalah kurikulum tahun 2002. Mulai tahun 2011
diganti dengan kurikulum yang baru.
Pelajaran
bahasa Inggris semakin ditekankan agar pelajar Jepang dapat lebih siap
bergaul dengan kalangan internasional. Kebijaksanaan PM Jepang Shinzo
Abe ingin sebanyak mungkin pelajar Jepang pergi belajar atau internship
ke luar negeri sehingga wawasan anak muda Jepang jadi luas nantinya,
wawasan internasional.
Untuk
masuk sekolah menengah atas dan universitas, siswa harus mengikuti
ujian masuk dulu. Di sekolah negeri, selama pendidikan wajib, para siswa
bebas uang sekolah dan mendapat buku-buku pelajaran secara gratis.
Tapi, mereka membayar biaya makan siang dan uang ekstra kurikuler.
Ada
pula sekolah yang sampai dengan SMA memberikan subsidi kepada muridnya.
Tetapi yang SMA itu tampaknya untuk warga negara Jepang. Hal subsidi
ini khususnya yang SMA masih lebih kepada kebijaksanaan sekolah
masing-masing. Tetapi sampai dengan SMP semua warga negara yang ada di
Jepang, miskin, asal visa sah dan lapor pajak dengan benar di Jepang,
anaknya sampai dengan SMP akan mendapat subsidi.
Ujian
masuk sekolah di Jepang memang sangat sulit. Kalau lulus, umumnya lulus
semua, kalau tidak lulus (ryunen) biasanya ada pendidikan tambahan bagi
pelajar tersebut. Pada dasarnya sekolah mau meluluskan semua murid
sampai dengan SMA asal si anak benar-benar belajar dengan baik sesuai
petunjuk sekolah dan pendidikan yang diberikan gurunya. Jadi lulus dapat
dikatakan dengan mudah. Bahkan sampai dengan S3 (tingkat Doktor) pun
dapat lulus dengan mudah asal wajar-wajar saja. Namun masuk sekolah,
apalagi masuk S1, S2 dan S3 sangat sulit sekali di Jepang. Sehingga ada
kegiatan Juken atau semacam bimbel (bimbingan belajar) di Jepang agar si
murid bisa masuk sekolah yang diinginkan dengan baik. Orangtua murid
seringkali berjuang habis-habisan untuk memasukkan anaknya ke sebuah
sekolah (favorit) karena tahu masa depan akan baik. Misalnya masuk ke
Universitas Tokyo, maka masa depan si anak biasanya baik. Ini salah satu
sekolah impian di Jepang.
Tapi
SMA adalah tanggung jawab masing-masing sehingga di sinilah mulai
persaingan dengan kegiatan JUKEN ang harafiahnya mengikuti ujian masuk,
tetapi secara umum merujuk pada kegiatan belajar untuk mempersiapkan
ujian masuk. Dan biasanya murid akan mengikuti pelajaran tambahan di
bimbingan belajar.
Ada
pula sistem undian atau Chuusen. Murid tertentu bisa ikut ujian dan
lulus lebih awal kalau beruntung terpilih dalam undian. Logika penulis,
mestinya chuusen tersebut dilakukan setelah ujian. Kalau ada yang tidak
lulus, masih dimungkinkan ikut undian sehingga bisa ikut lulus, bisa
masuk sekolah tersebut. Tapi di Jepang justru terbalik. Yang tidak
mendapat undian, yang gagal, tentu tidak bisa ikut ujian dan tak bisa
masuk sekolah yang diinginkan tersebut. Jadi di Jepang masuk sekolah
bukan soal uang. Kalau benar sudah lulus ujian masuk sekolah, sudah
diterima, barulah bicara uang masuk sekolah. Lain kalau di Amerika
Serikat, yang penting ada uang, berapa bisa bayar, walau mahal, pasti
bisa masuk sekolah.
Ulangan
atau test kecil selalu dilakukan di Jepang untuk tetap memacu kualitas
dan kuantitas belajar sang murid agar kualitas terjaga baik.
Inilah
pendidikan Jepang yang benar-benar menekankan sumber daya manusia,
menekankan pendidikan bagi manusia, terutama sampai dengan SMP semua
orang tak peduli warga Negara diwajibkan sekolah dan uang dari pihak
pemerintah bagi yang miskin. Sangat adil sangat membantu sekali semua
yang berdomisili apalagi warga Negara Jepang sendiri sehingga tingkat
pendidikan di Jepang 90% tinggi dan tidak berbeda jauh. Akibatnya,
komunikasi antar manusia di Jepang berjalan dengan baik karena memiliki
tingkat atau level pendidikan yang tidak berbeda jauh.
Jadi,
di Jepang itu untuk masuk ke jenjang pendidikan sangat sangat sulit,
tetapi untuk keluarnya sangatlah mudah ( kalo di Indo kan ‘dipersulit’
-_-“ ) asalkan dilakukan dengan baik dan tidak membuat
masalah/gara-gara.
Hmm... kira-kira kalau pendidikan di Indonesia kek gini jadi gmna ya ?? (berharap :D)
Source by Admin Amaterasu
0 comments